Senin, 17 Desember 2012

PAHLAWAN : PELAJAR MELAWAN TAWURAN



Pesan ketika belajar sejarah dibangku sekolah adalah “jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Ini memang menjadi satu catatan penting bagi kita generasi penerus, sejarah sebuah masa yang menghantarkan kita pada masa sekarang. Aktor sejarah itu kita kenal dengan istilah pahlawan. Orang yang berpengaruh karena keberaniannya dan menyediakan diri dalam membela kebenaran atau perjuangan bagi bangsa, Negara dan agamanya.
Berapa jumlah pahlawan di Indonesia? Siapa saja mereka? Kita mungkin tidak tahu secara keseluruhannya, kita hanya tahu pahlawan yang diajarkan ketika belajar sejarah saja atau yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Karena itu yang harus kita hafal sebagai persiapan ujian nantinya. Padahal begitu banyak orang yang telah menyediakan dirinya dalam membela kebenaran bagi bangsa, Negara dan agamanya. Meskipun mereka tidak termasuk dalam daftar panjang nama-nama pahlawan nasional yang ditetapkan oleh Presiden Indonesia, namun mereka telah mengukir sebuah sejarah dan turut serta memberikan dampak positif disetiap masa perjuangannya. Aktor sejarah pada sebuah organisasi pelajar yaitu Pelajar Islam Indonesia (PII) pada 4 Mei 1947 di Yogyakarta adalah Joesdi Ghazali, Anton Timur Djaelani, Amien Syahri, dan Ibrahim Zarkasji. PII berperan aktif pada masa pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Para pelajar yang terhimpun dibawah organisasi PII, mengambil peran untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang sesungguhnya. Secara khusus Jenderal Sudirman mengapresiasi peran PII dalam pidatonya pada peringatan Hari Bangkit I PII tahun 1948 di Yogyakarta :
"Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada anak-anakku di PII, sebab saya tahu bahwa telah banyak korban yang telah diberikan oleh PII kepada negara. Teruskan perjuanganmu. Hai anak-anakku Pelajar Islam Indonesia. “Negara di dalam penuh onak dan duri, kesukaran dan rintangan banyak kita hadapi. Negara membutuhkan pengorbanan pemuda dan segenap bangsa Indonesia."
Sekarang kita sudah merdeka dan tidak berarti kita berhenti melahirkan pahlawan. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk kemajuan Negara ini, kita tidak boleh lenggah dengan kejayaan masa lalu. Perjuangan kita masih panjang sebagai pewaris semangat juang para pahlawan. Termasuk semangat juang mereka dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang tertuang pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan kita bacakan setiap upacara bendera disekolah.
Namun itu belum terealisasi dengan baik, pelajar hari ini melekat dengan kenakalan remaja. “Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal, kata Kartini Kartono”. Tawuran pelajar salah satu bentuk kenakalan remaja dan fenomena sosial yang menggejala ditengah masyarakat pelajar. Tawuran tidak hanya di Kota Padang saja, tapi di berbagai wilayah juga terjadi. Ini menjadi pembicaraan serius pada tatanan nasional, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan peraturan mentri tentang pencegahan kekerasan dan tawuran pelajar serta penanganannya, termasuk di antaranya mengatur soal sanksi yang dapat dijatuhkan.
Tawuran pelajar di Kota Padang terjadi pada hari Jum’at dan atau Sabtu di RTH Imam Bonjol. Sepanjang tahun 2011 terdapat 8 kasus tawuran yang tercatat oleh pihak kepolisian Kota Padang dan ini meningkat dari tahun 2010 sebanyak 4 kasus. Untuk tahun 2012, bisa dilihat sendiri berapa kali tawuran terjadi di RTH Imam Bonjol dan dipublikasikan diberbagai media lokal. Hasil penelitian skripsi saya yang berjudul “Makna Tawuran Bagi Pelajar Dan Upaya Penanggulangannya Di Kota Padang”, menjelaskan bahwa pelajar memaknai tawuran sebagai salah satu media untuk memperlihatkan eksistensi diri pelajar SMK, Tawuran ajang memperbanyak teman, sebagai tradisi dan bersenang-senang. Beranjak dari pemaknaan tersebut, sehingga tawuran menjadi tindakan yang diwarisi oleh generasi ke generasi pelajar.
            Tindakan manusia terdiri dari pertimbangan atas berbagai hal yang diketahuinya dan melahirkan serangkaian kelakuan atas dasar bagaimana mereka menafsirkan hal tersebut. Hal-hal yang mempertimbangkan itu mencakup masalah seperti; keinginan dan keamanan, tujuan dan sarana yang tersedia untuk mencapainya, serta tindakan dari orang lain, gambaran tentang dirinya dan mungkin hasil cara dari bertindak.  Herbert Blumer yang menjelaskan prilaku sosial individu dan mengemukakan 3 (tiga) premis, yaitu :
  1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu pada mereka.
Pelajar yang terlibat dalam tawuran, adalah pelajar yang bertindak atas makna yang terdapat pada tawuran tersebut. Sehingga mereka melakukan tawuran tersebut berdasarkan makna yang melekat pada tawuran itu.
  1. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain.
Makna tawuran tersebut didapatkan oleh pelajar dari proses interaksi sosialnya dengan orang lain atau kelompok pelajar yang terlibat tawuran, keluarga dan sekolah.
  1. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung.
Makna yang telah didapatkan oleh pelajar ini akan terus di internalisasi seiring dengan proses interaksi sosial yang semakin intensif antara pelajar tersebut.
Blumer, menghasilkan konsep tindakan bersama. Pola tindakan bersama mengalami perulangan dan dipandu oleh sistem makna yang sudah mapan seperti kultur dan ketertiban sosial. Tawuran merupakan tindakan bersama yang telah dimaknai oleh kelompok tertentu dan menjadi kultur bagi kelompok tersebut. Pelajar yang melakukan tindakan tawuran, mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai melalui tindakan tawurannya tersebut. Mungkin bagi pelajar tersebut tawuran akan menemukan pengakuan akan eksistensi dirinya dan pengakuan bahwa dia adalah ”jagoan”.
Hari ini, tawuran pelajar menjadi satu persoalan yang harus diperjuangkan oleh pelajar itu sendiri. Karena akan percuma yang dilakukan oleh Polisi, Dinas Pendidikan, Sekolah dan orang tua, jika pelajar tidak mendukung dan berperan serta aktif untuk melawan tawuran. Pelajar menjadi pahlawan melawan tawuran. Student to Day, Leader Tomorrow!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar