Rabu, 27 September 2017

Poligami : Wajah Kekerasan Terselubung

Kebahagian harus kita yang CIPTAkan!!!!!

Yah, kalimat itu yang terus aku dengungkan ketika sudut-sudut hati tengah remuk dengan situasi rumah yang kacau. Setiap saat bisa saja perang dunia terjadi antara pasangan itu. Pertengkaran itu sudah menjadi tontonan drama paling fenomenal dikala itu. Saya hanya membatin, apakah begini kalau kita berkeluarga? Menghancurkan barang-barang yang ada dirumah, menjadi puncak aksi perseteruan itu. 

Emosi yang keluar bersamaan dengan kekuatan fisik untuk memukul, menendang atau bahkan menghancurkan, jelas sudah semua barang pecah belah jadi beling-beling yang berserakan. Beling yang dengan mudah melukai tangan-tangan kecil ini. 



Senin, 25 September 2017

Ketika jujur bukan prioritas

Ingin rasanya menampar semua ketidak jujuran itu!!!
Ingin marah atas kebohongan yang dibuat
Ingin menangis bahwa kita tidak satu pandangan lagi soal kejujuran
Ingin pergi Meninggalkan segala kebohongan tanpa jejak

Namun, semua banyak pertimbangan
Tidak mudah untuk menuliskan
Tidak mudah untuk menyatakan berhenti
Tidak mudah untuk pergi meninggalkan semua kebohongan itu

Maaf yang terucap itu hanya sebagai pemanis bibir
Maaf itu hanya kata basa basi
Maaf itu hanya simbol penyelesaian

Kamis, 21 September 2017

Poligami : Bisakah Berlaku Adil??


Pengalaman hidup bersama keluarga POLIGAMI selama kurang lebih 17 tahun, memiliki ketakutan tersendiri ketika memberanikan diri untuk menikah. Saya juga tidak mengetahui bagaimana saya bisa memutuskan MENIKAH di usia 24 tahun 10 bulan, sebelumnya sempat terfikir untuk tidak akan menikah selamanya. Saya memandang laki-laki ketika itu hanya menambah beban hidup bagi perempuan, karena itu yang terjadi disekitar saya. Kakek dari mama memiliki 2 istri, walupun istri pertama diceraikan terlebih dahulu. Saudara laki-laki mama berpoligami dan keluarga serta anak-anak hancur masa depannya. Sepupu laki-laki saya selalu bertengkar luar biasa dengan istrinya, karena memiliki Perempuan Idaman Lain (PIL). dari usia 10 tahun saya sudah melihat bagaimana kondisi-kondisi keluarga yang hancur karena POLIGAMI.