Sabtu, 07 Januari 2017

Rumah tanpa tetangga

Muak?
Kesal?
Marah?

Mungkin tiga kata ini yang mewakili perasaan hari ini. Terlalu lebay mungkin bagi sebagian orang ketika saya mengatakan bahwa "saya lelah mengurus rumah tangga Dan anak". 😥😥😥

Berdomisili dikampung suami, tinggal dikontrakan yang tidak Memiliki tetangga langsung. Rumah yang menjorok kedalam, dibelakang rumah orang, belakang rumah ketemunya kolam ikan. Setiap hari hanya tinggal bertiga saja, saya, anak Dan ayah nya. Kalau ayah nya kerja, Selamat menikmati kesendirian bersama anak. 😫😫😫

Nyaman???? Dulunya nyaman banget, sekarang jauh dari kenyamanan itu. Berasa sepi tanpa teman, ngak bisa sosialisasi, minimal punya tetangga yang bisa diajak cerita aja udah menenangkan hati Dan how dari lelah nya urusan tetek bengek rumah Dan anak.



Berharap ayah nya ngerti bahwa saya butuh temen, ternyata dan ternyata itu hanya sebuah harapan tanpa wujud. dia menganggap rumah ini sudah nyaman untuk kami. Ternyata tidak untuk saya, huhueeee.....

Berhubung saya selama ini hidup dibesarkan di kota (cie cie cie) dan sekarang berdomisili di Kabupaten. Untuk akses internet aja hilang tenggelam kalau lagi hujan begini. Membuat saya kadang tertekan Dan menyalahkan ayah nya kenapa saya Harus tinggal di daerah ini.

Banyak kemungkinan yaaa
1. Ayah nya ngak tahu kalau perempuan punya stok kata-kata dalam sehari itu 20.000. Jadi wajar dia butuh orang untuk cerita Dan sayangnya laki-laki hanya punya stok 5.000 kata perhari. Ayah nya udah kehabisan stok duluan selama kerja diluar rumah, pas nyampe di rumah kewalahan menghadapi istri buat sekedar cerita. Kemudian itu yang kadang kala bikin kesel. Hahaha

2. Ayah nya mungkin lupa bahwa manusia adalah zoonpoliticon. Arti nya makhluk yang ngak bisa hidup sendiri. Ya Iya lah.... Gimana bisa hidup sendiri, orang Kita butuh orang lain. Minimal untuk cerita demi menghabiskan stok kata-kata yang 20.000 tadi.

3. Ayah nya ngak paham bahwa ibu rumah tangga itu predikat paling paling paling untuk semua. Jadi ngak segampang yang dilihat loh..... 😍😍😍

4. Saya ingin dimengerti...... Hahaha
Pasti nya lah Kita ingin dimengerti, apalagi sama pasangan yang kurang peka urusan psikologis perempuan beranak bayi begini. Ngak seseneng ketika wajah Masih muda belia kehidupan setelah beranak.

5. Saya ngak sanggup handle pengasuhan anak selama 24jam. Tubuh saya juga butuh istirahat. Tubuh juga kampanye dia, bahwa dia lelah.

6. Saya mudah panik, apalagi kalau anak udah mulai rewel. Jadi kalau tinggal di kontrakan begini, bukan nya saya bahagia lahiran Batin. Tapi tersiksa lahiran Batin. Kalau ada tetangga kan bisa share tips San trik biar anak ngak rewel.


Yah............
Semoga saja rumah ku surga ku itu bisa berjalan disini. Bukan rumah ku neraka ku yak..... 😂😂😂

Tidak ada komentar:

Posting Komentar