Diskusi nurani perempuan woman’s crisis center, jum’at (6/4)membicarakan
tentang Tubuh Perempuan dan Globalisasi. Diskusi ini bertemakan tubuh perempuan
dan globalisasi, adapun tujuan dari diskusi ini adalah terbangunnya pemahaman
bersama bagaimana tubuh perempuan yang telah dieksploitasi oleh globalisasi.
Kegiatan ini berlangsung dari pukul 14.30 – 17.00 WIB di kantor Nurani
Perempuan jl. Anggrek no. 12 komplek flamboyan. Diskusi ini dihadiri oleh Dosen
FISIP UNAND, Dosen IAIN Imam Bonjol, Dosen STKIP, seniman dan mahasiswa UNAND.
Diskusi ini berawal dari paparan Fadlillah dari UNAND, beliau
menyampaikan bahwa Foucault memandang
tubuh merupakan hasil konstruksi dari masyarakat. Maksudnya, tubuh menerima
makna dari masyarakat—jadi, tubuh adalah reseptor makna, bukan
generator/pelahir makna. Melalui diskursus yang sarat akan
proyek kekuasaan, tubuh telah dimanfaatkan, diubah,
ditransformasikan, didisiplinkan, dan dikontrol oleh masyarakat agar menjadi
tubuh yang taat (docile body).
Yefri Heriani, direktur Nurani
perempuan menyampaikan, “perlu ada pemberontakan oleh manusia terhadap kekuasaan
atas tubuh”. Karena selama ini tubuh kita dikuasai oleh pihak yang berkuasa,
sehingga kita berada pada kondisi tidak bebas dan merdeka atas tubuh kita
sendiri. Semua orang dikonstruksi oleh media untuk tampil sesuai dengan trend yang sedang berkembang, sehingga
tidak ada kebebasan orang untuk mengekpresikan dirinya sesuai apa yang mereka
mau. Ranny Emilia, dosen UNAND menyampaikan bahwa kekuasaan atas tubuh
berpindah kepada kekuasaan kapital. Karena menurutnya sekarang kita telah
dikuasai oleh sekelompok elit yang berkuasa dan kita harus menjalankan apa yang
menjadi ide – ide dari pemegang kekuasaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar