Senin, 12 Maret 2012

Sekolah : Dalam Kaca Mata Sosiolog

Pagi ini aku berusha datang lebih cepat dari yang biasanya, namun kemalasan berkata lain. aku tetap dengan keterlambatan, menurut ku. langkah sejuta makna aku layangkan untuk mengejar kuliah pagi ini, dimana jatah absen sudah tidak aku miliki lagi. hati berkata lain, antara kuliah dengan kegiatan Labor Sosiologi yang mesti aku ikuti...

hmmmm...dilematis memang!!
Tetapi kondisi berkata lain, semua yang kuliah Strategi Pemberdayaan Masyarakat pagi itu diminta untuk hadir pada pembukaan acara bedah buku "Sekolah Dibubarkan Saja" yang di tulis oleh senior ku angkatan '99 yaitu Afdillah, S.Sos. menarik memang sosiolog membicarakan persoalan pendidikan, pendidikan memang suatu fenomena yang menggejala dalam masyarakat menurut Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Poltik Universitas Andalas yaitu Prof. DR. Afrizal, MA.






aku sepakat dengan pandangan sosiolog ini dan hal ini sudah lama menjadi tanda tanya besar bagi ku. aku seringkali bertanya dalam hati, mengapa sekolah mampu memenjarakan kreatifitas ku, mengapa sekolah mampu menghambat aktifitas ku diluar sana, dan mengapa sekolah yang menjadi penentu bagi murid - muridnya dalam memutuskan apa yang ingin menjadi pilihannya. aku teringat ketika SMA, ketika itu aku sengaja memilih sekolah negri. karena ketika TK (taman kanak - kanak) sampai SMP (Sekolah Menengah Pertama) aku disekolahkan oleh orang tua di sekolah Swasta dan pastinya persoalan MUTU sekolah tidak diragukan lagi, karena sekolah ku merupakan salah satu sekolah yang terbaik dikota ku. orang tua ku bangga anaknya mampu sekolah di sekolah yang favorit di kota ku. tetapi aku kadang kala mengalami kebosanan, dimana ketika kelas tiga SD (sekolah Dasar) aku di haruskan belajar sore dan pulang sekolah jam 4 sore, setelah shalat ashar berjamaah. masa kecil ku habis di sekolah dan setiap hari harus berjibaku dengan PR (Pekerjaan Rumah) dan buku - buku pelajaran. hal itu yang terus aku alami sampai akhirnya aku berhasil menembus gedung POWER RANGGER (UNAND).

Acara bedah buku tadi meminta ku untuk mengingat masa - masa ku berada di sekolah dahulu, apa yang dipaparkan oleh penulis buku itu pun sangat mirip seperti apa yang aku rasakan ketika duduk di bangku sekolah bahkan bangku kuliah sekalipun. aku terkukung dalam sistem yang sengaja diciptakan ini dan kadang kala mengakibatkan kita terbodohi oleh sisitem yang ada tersebut.

Prof. Afrizal memberikan analisa sosiologis dari buku "Sekolah Dibubarkan Saja", beliau mengatakan bahwa kita sebagai seorang sosiolog bisa melihat fenomena ini dengan berbagai sudut pandang. jika boleh meminjam konsepnya George Ritzer, Ritzer menyebutnya dengan "Paradigma Ganda". jadi seorang sosiolog dalam memandang sebuah fenomena  sosial bisa menggunakan pisau analisis dengan  berbagai sudut pandang. begitu juga ketika kita melihat sekolah, buku "Sekolah Dibubarkan Saja" juga memberika kritikan untuk institusi Pendidikan khususnya Sekolah. penulis buku ini mencoba melihat tembus (konsep sosiologi) institusi pendidikan tersebut, sehingga beliau menggunakan sudut pandang sosiologi kritis dalam menyajikan buku ini. kritikan yang beranjak dari perjalanan hidupnya dan kemudian realitas yang ia coba sajikan dalam bentuk tulisan sebagi bentuk advokasi kepada masyarakat luas tentang fenomena sekolah.

Sehingga wajar memang ketika pelajar hari ini lebih sering melakukan tindakan diluar aturan yang ada, wajar prilaku menyimpang itu terjadi dan wajar kriminalitas itu tumbuh dari wajah polos seorang pelajar. disfungsional memang sistem yang dibangun dunia pendidikan ketika pelajar banyak terlibat dalam perilaku menyimpang dan tindakan kriminalitas.



**noteFB TySulung Ziqroh pada 27 Mei 2011 pukul 20:39 ·

Tidak ada komentar:

Posting Komentar