Minggu, 21 Januari 2018

28 tahun bersama perempuan kepala keluarga

Terlahir dari rahim perempuan kepala keluarga, memberikan semangat luar biasa sebagai perempuan mandiri. 28 tahun yang lalu perempuan yang disematkan gelar IBU itu, melahirkan anak perempuan pertamanya. Hari ini diusia 28 tahun saya juga menjalankan peran sebagai perempuan kepala keluarga. Bekerja didua ranah memberikan kesempatan diri untuk berjuang menemukan passion yang diinginkan.

Diusia 28 tahun dan menuju tahun ke 4 pernikahan, peran sebagai kepala keluarga begitu jelas terlihat. Kadang ada rasa ingin berhenti dan berkurung didalam rumah tanpa aktifitas produktif, namun itu adalah pilihan paling mustahil saat ini.
Peran sebagai kepala keluarga bukan hal baru untuk diri ini, merupakan bagian yang terus mengiringi langkah sampai hari ini. Mungkin tuhan tengah menyampaikan pesan nya, bahwa perempuan kepala keluarga benar adanya. Situasi keluarga kami dengan ayah mengalami peterpan syndrome, mengharuskan ibu untuk mengambil alih langkah ekonomis untuk keberlangsungan kehidupan keluarga. Tidak mudah memang perjuangan hidup seorang perempuan untuk memenuhi dan memperjuangkan anak-anak nya selesai dijenjang pendidikan tinggi.
Saya juga bersyukur, bahwa situasi yang kata orang “dunia terbalik” itu memberikan kekuatan bahwa tidak semua laki-laki mampu bertanggung jawab atas ucapan ijab qabul ketika acara pernikahan yang sakral itu dilaksanakan.
Miskinnya peran ayah dikeluarga kami, membuat saya berfikir bahwa memang tidak seperti idealnya agama mengajarkan kehidupan ini berjalan. Agama mengajarkan bahwa tanggung jawab laki-laki sangat besar untuk istri dan anak-anaknya, ternyata itu tidak saya temui. Ketika agama mengajarkan bahwa pendidikan untuk anak juga tanggung jawab ayah, saya tidak melihat hal itu. Toh, semua beban berada di kedua tangan perempuan.
28 tahun penuh makna dengan misi spesifik tuhan melahirkan saya kedunia dan berada disituasi yang abnormal sebuah keluarga. Tidak ada yang lebih baik dari rasa syukur dengan keberadaan diri saat ini. Mimpi-mimpi panjang masih terus berjuntai dilangit. Satu persatu sudah meminta untuk digapai. Memiliki anak merupakan amanah yang luar biasa, ketakutan memiliki anak kembali juga sebuah tantangan.
Tak ada yang sempurna dan menerima ketidak sempurnaan itu yang harus dilatih!! Semoga tahun ini menjadi tahun yang akan lulus bernegosiasi dengan kata “sempurna” ini. Keikhlasan menjalankan peran sebagai kepala keluarga, mengiring jalan rejeki yang tak disangka-sangka. Keberkahan usia menjadi tujuan akhir untuk mempertangung jawabkannya nanti di padang masyar. Kematian itu pasti, berdo’a tuhan mematikan saya dalam keadaan husnul khatimah nantinya. Terimakasih untuk proses belajar dari semua orang yang pernah ditemui. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar