Rabu, 24 Juni 2015

MEMUTUSKAN MENIKAH DI 24



Awal jaman-jaman SMA aku merancang masa depan dengan penuh suka cita. Dimana aku merencanakan untuk kuliah di Universitas Andalas, yang kata orang merupakan kampus termegah di asia tenggara dan juga tertua di sumatera. Kemudian setelah selesai kuliah di umur 22 tahun aku akan berkarier terlebih dahulu selama 2 tahun dan akan menikah di umur 24 tahun. Alhamdulillah ALLAH mengijabah do’a dan rencana hidup yang aku coba rancang ketika itu. 

Setelah selesai kuliah di tanggal 23 Oktober 2012, aku beraktifitas sampai oktober 2013 di Nurani Perempuan WCC. Karena situasi dan kondisi yang mengharuskan aku untuk memutuskan mencari aktifitas yang mungkin bisa dikatakan lebih produktif. Bukan berarti ketika aku di NP-WCC tidak produktif. Malahan karena aktif di lembaga non-profit seperti NP-WCC aku bisa mengikuti berbagai pelatihan tingkat regional, nasional, dan internasional. Luar biasa catatan kehidupan ku disana sebenarnya. Pilihan tetap menjadi pilihan, karena tidak memilih sekalipun tetap pilihan.

Aktifitas ku berlanjut seperti orang kebanyakan, menjadi surveyor dari lembaga penelitian sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup. Kemudian aku melamar kerja sana sini, yang sejati nya itu hanya bentuk pragmatisme saja pada kehidupan. Dari dulu aku tidak pernah berfikir untuk bekerja sebagai staf atau pegawai biasa. Ada rasa powerless ketika aku belum punya penghasilan tetap ketika itu. Semua orang selalu bertanya kerja dimana? Hadewh….. jawaban yang paling ribet untuk dijawab. Butuh waktu berjam-jam pada akhirnya orang itu tidak akan bertanya lagi. Untung saja aku punya kawan setia yang cara fikirnya mendekati lah dengan ku. Ampe udah nikah gini dia masih aja setia berkawan dengan ku. Hehehe

Alhamdulillah di penghujung 2013 pasangan ku dengan tiba-tiba datang, ngak terlalu banyak basa-basi dia nanya status aku?? Sebelumnya aku sudah banyak nolak orang yang datang dan bertanya terkait status dan keinginan ku untuk segera menikah. Aku dengan enteng jawab ke orang-orang itu, kalau aku mau kerja dan lanjut S2 dulu. Maka dari itu belum ada planning buat segera nikah, kemungkinan belum dalam waktu dekat ini. Banyak persoalan personal yang harus diselesaikan. Jawaban ini ternyata ngak berlaku untuk pasangan ku hari ini. Sepanjang shalat lail dan ikhtiar ku, dia selalu aja menjadi bayang-bayang dalam keputusan-keputusan ku pada orang-orang yang datang itu. Aneh memang!! Namun, itu lah yang terjadi, aku pun hanya mampu tersenyum ketika orang-orang itu pergi dengan rasa kecewa.

Kawan setia ku selalu memberikan pandangan-pandangan menarik disetiap pilihan yang ku putuskan. Dia juga yang berperan penting dalam situasi aku harus memutuskan menikah dan menerika pasangan ku itu. Kami seperti anak-anak sebenarnya untuk urusan rasa itu, bahkan dia hanya bilang akan membawa keluarganya datang kerumah dan itu ketika kami berkelakar sesungguhnya. Dalam waktu singkat aku memutuskan untuk menjawab pesan singkat itu dengan huruf “Y”. Pada akhirnya berubahlah kondisi ku yang awalnya perempuan single menjadi perempuan yang akan segera di khitbah oleh laki-laki yang sebenarnya tidak begitu akrab dengan ku secara kasat mata. Sekalipun dia menjadi salah satu teman untuk aku bertukar fikiran, diskusi dan membuat beberapa keputusan penting dalam perjalanan hidup ku.

2014 itu mulai dia penjajakan dan mempertanyakan soal keseriusan ku untuk segera menikah dan berbagai kesepakatan kita buat bersama untuk menjaga nilai-nilai yang sama-sama kita anut. Kami berusaha untuk membuat rencana-rencana strategis dalam persiapan pernikahan itu. Dan ketika itu pula ALLAH memberikan ku kesempatan untuk bekerja di BIMBEL GO dan mendapat proyek PLP-BK di payakumbuh. Jalan nya begitu indah dan terbuka lebar untuk mengumpulkan rezeki sampai sebelum menikah itu. Akhirnya 31 juli 2014 dia datang kerumah untuk acara lamaran dan ini bertepatan dengan hari lebaran ke tiga. 

Acara lamaran yang begitu singkat dan dihadiri oleh keluarga besar ku juga, ternyata mengikat ku dengan janji yang begitu berat. Cincin emas sebagai symbol bahwa kami sudah menjalankan prosesi khitbah. Kemudian ditetapkan abis lebaran idul adha kami akan melangsungkan pernikahan. Belum ada kesepakatan tanggal sebelumnya. Seiring perjalan waktu ditetapkan lah tanggal 26 oktober 2014 menikah, karena ada jadwal tes CPNS yang aku tidak inginkan itu (menyenangkan hati papa aja), akhirnya pernikahan kami dipercepat menjadi tanggal 24 oktober 2014. 

Sepanjang masa penantian itu, berbagai macam bentuk ujian yang datang kepada kami. Bahkan aku sampai mengatakan untuk membatalkan saja rencana pernikahan itu. Keluarga pasangan ku juga mendapat musibah. Semua nya beruntun terjadi! Herannya ALLAH tetap menyelesaikan itu semua dengan rencananya yang luar biasa. Memutuskan menikah di 24 tahun itu adalah keputusan luar biasa bagi ku!



**catatansiangdiperpusdalbs250614**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar