Pages - Menu

Minggu, 08 Juli 2018

Hidronefrosis, berbuah kehamilan kedua

Hamil kedua ini sebenarnya antara yakin dan tidak. Satu sisi ingin segera punya anak, disisi lain ingin fokus penyembuhan dahulu lalu baru nanti memikirkan punya anak. Persoalan pentingnya juga pada trauma melahirkan anak pertama dan kesiapan mental.

Januari-Februari 2018 melakukan serangkaian proses pemeriksaan oleh dokter. Mulai dari Puskesmas, lanjut ke dokter spesialis penyakit dalam di RSUD. Diagnosa dari dokter di RSUD,  bikin hati berkecamuk. Bagi saya itu  sangat mengerikan sekali saat itu. Padahal 3 bulan lalu suami abis operasi. Sepertinya ujian datang lagi dengan kondisi kesehatan yang membuat saya berfikir bahwa kesempatan hidup tidak lama lagi. Sangat sedih kala itu, tapi suami selalu bilang bahwa penyakit itu ada obatnya. Tugas kita lah untuk berusaha mencari obatnya. Dokter di RSUD memberikan saya rujukan untuk ke dokter spesialis ginjal. Menurut beliau, saya harus bertemu dengan dokter itu agar diagnosa penyakit ini semakin terang dan disana juga menggunakan alat yang canggih. Disarankan saya keesokan harinya langsung ke Padang.

Kondisi keuangan lagi pas-pasan, saya memilih pergi sendiri untuk berobat ke Padang. Tentu, suami risau dengan diagnosa seperti itu dan harus melakukan perjalanan jauh. Dia ingin menemani, tapi kondisi dia pun masih proses pemulihan.

Memulai pendaftaran panjang di pagi hari, lalu bertemu dokter di sore hari nya. Saya masih aktif pumping ASI untuk Hamizan, saya simpang di ruang laktasi. Bertemu dengan dokter dengan modal hasil Rontgen dan USG di RSUD. Dokter ahli ginjal nya memberikan serangkaian pemeriksaan bagi saya.. mulai cek darah, urine, dan CT-SCAN. Hasilnya keluar satu Minggu setelah itu.

Satu Minggu berlalu, saya kembali lagi ke Padang. Bertemu dengan dokter ahli ginjal dengan membawa hasil pemeriksaan yang beliau minta. Perjuangannya menunggu beliau, terbayar sudah dengan hasil kesimpulan bahwa ginjal saya tidak separah yang dibayangkan. Diagnosanya Hidronefrosis kemudian ada kista coklat dengan ukuran 3*2cm. Kemudian saya dirujuk ke dokter spesialis urologi, apakah ini perlu tindakan atau tidak.

Saya kembali beberapa kemudian untuk bertemu dokter urologi. Menurut beliau ini perlu di observasi selama 3 bulan, saya harus kembali bulan mei untuk melakukan rangkaian pemeriksaan lagi. Namun, sembari menunggu saya dirujuk ke dokter spesialis obgyn untuk konsultasi kista coklat yang posisi nya dekat jalur kemih. Kecurigaan dokter spesialis urologi, ada penngaruh kista coklat tersebut sehingga ada pembengkakkan di ginjal saya. Sehingga dia menyarankan untuk ada proses penyembuhan pada kista coklat tersebut.

Ini perjuangan belum berhenti... Saya langsung ingat ketika konsultasi dengan dokter ahli obgyn sebelum hamil Hamizan. Kista coklat itu obatnya paling ampuh itu adalah hamil. Karena sebelum hamil Hamizan saya juga kista coklat ukuran 5*7cm.

Satu Minggu berlalu, saya kembali lagi ke rumah sakit swasta bertaraf internasional itu. Menunggu bertemu dengan dokter ahli obgyn bersama ibu-ibu hamil lainnya. Sedih melihatnya, semua perempuan yang datang ada pasangan nya. Nah.... Saya tetap sendiri. Tibalah giliran nomer antrian saya, bertemu dokter dan dicek. Ukuran kista coklat nya 2*3cm. Saya diminta datang lagi saat haid hari 1-3, agar pemeriksaan lebih valid. Menurut dokter nya kista coklat akan membesar saat haid dan itu menyebabkan sakit perut saat haid.

28 Februari 2018 saya menemui dokter spesialis obgyn kembali. Melakukan USG lagi, hasilnya ukuran kista coklat nya tetap sama. Saya disarankan untuk banyak memakan kacang hijau dan sayur-sayuran. Mendengar ini, yang terbayang adalah hamil lagi.

Dilema? Tentu!!

Satu sisi kondisi ginjal belum jelas.. disisi lain hamil salah satu solusi. Hasil search di google penyebab hidronefrosis salah satunya adalah kehamilan. Lalu saya harus bagaimana???

Suami ketika kita diskusi soal ini, dia hanya menyampaikan bahwa takdir Allah itu tidak ada yang mampu mengalahkan. Apapun takdir yang diberikan oleh Allah, artinya itu sebaik-baiknya jawaban atas usaha yang kita lakukan.

Saya pasrah dengan segala kemunculan yang terjadi... Walaupun saya tidak menjalankan saran dokter untuk memakan kacang hijau dan sayur-sayuran itu.. Takdir Allah memang tak mampu dielakkan... Pertengahan Maret saya merasakan tanda-tanda kehamilan, akhir Maret saya lakukan tes pack. Terlihat garis 2. Argh..... Didalam hati langsung berkecamuk. Antara senang, sedih, kecewa, takut, dll.

Suami mengetahui ini, bahagia dong. Tapi kami, sama-sama cemas sebenarnya dengan kondisi ginjal saya. Walaupun suami menyampaikan, bahwa saya akan baik-baik saja. Segala kemungkinan itu akan ada, kita harus menjalani nya dengan sabar. Soal maut siapa yang tahu?

Saya belajar menerima kehamilan ini, walaupun kadang ada rasa didalam hati untuk menolaknya. Saya yakin, Allah mempercayai amanah ini kepada kami karena Allah tahu bahwa kami mampu menjalankan nya.

Drama kehamilan pun dimulai...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar